Rabu, 19 Mei 2010

HARD DISK



Mengenal Teknologi HARD DISK

Hardisk merupakan piranti penyimpanan sekunder dimana data disimpan sebagai pulsa magnetik pada piringan metal yang berputar yang terintegrasi. Data disimpan dalam lingkaran konsentris yang disebut track. Tiap track dibagi dalam beberapa segment yang dikenal sebagai sector. Untuk melakukan operasi baca tulis data dari dan ke piringan, harddisk menggunakan head untuk melakukannya, yang berada disetiap piringan. Head inilah yang selanjut bergerak mencari sector-sector tertentu untuk dilakukan operasi terhadapnya. Waktu yang diperlukan untuk mencari sector disebut seek time. Setelah menemukan sector yang diinginkan, maka head akan berputar untuk mencari track. Waktu yang diperlukan untuk mencari track ini dinamakan latency.

Harddisk merupakan media penyimpan yang didesain untuk dapat digunakan menyimpan data dalam kapasitas yang besar. Hal ini dilatar belakangi adanya program aplikasi yang tidak memungkinkan berada dalam 1 disket dan juga membutuhkan media penyimpan berkas yang besar misalnya database suatu instansi. Tidak hanya itu, harddisk diharapkan juga diimbangi dari kecepatan aksesnya. Kecepatan harddisk bila dibandingkan dengan disket biasa, sangat jauh. Hal ini dikarenakan harddisk mempunyai mekanisme yang berbeda dan teknologi bahan yang tentu saja lebih baik dari pada disket biasa. Bila tanpa harddisk, dapat dibayangkan betapa banyak yang harus disediakan untuk menyimpan data kepegawaian suatu instansi atau menyimpan program aplikasi. Hal ini tentu saja tidak efisien. Ditambah lagi waktu pembacaannya yang sangat lambat bila menggunakan media penyimpanan disket konvensional tersebut.
Sejarah Perkembangan Harddisk

Harddisk pada awal perkembangannya didominasi oleh perusahaan raksasa yang menjadi standard komputer yaitu IBM. Ditahun-tahun berikutnya muncul perusahaan-perusahaan lain antara lain Seagate, Quantum, Conner sampai dengan Hewlet Packard’s di tahun 1992. Pada awalnya teknologi yang digunakan untuk baca/tulis, antara head baca/tulisnya dan piringan metal penyimpannya saling menyentuh. Tetapi pada saat ini hal ini dihindari, dikarenakan kecepatan putar harddisk saat ini yang tinggi, sentuhan pada piringan metal penyimpan justru akan merusak fisik dari piringan tersebut.

Kapasitas

Kapasitas harddisk pada saat ini sudah mencapai orde ratusan GB. Hal ini dikarenakan teknologi bahan yang semakin baik, kerapatan data yang semakin tinggi. Teknologi dari Western Digital saat ini telah mampu membuat harddisk 200GB dengan kecepatan 7200RPM. Sedangkan Maxtor dengan Maxtor MaxLine II-nya yaitu harddisk berukuran 300GB dengan kecepatan 5400RPM. Beriringan dengan transisi ke ukuran harddisk yang lebih kecil dan kapasitas yang semakin besar terjadi penurunan dramatik dalam harga per megabyte penyimpanan, membuat hardisk kapasitas besar tercapai harganya oleh para pemakai komputer



MOTHERBOARD



MOTHERBOARD adalah papan sirkuit tempat berbagai komponen elektronik saling terhubung seperti pada PC atau Macintosh dan biasa disingkat dengan kata mobo.

Motherboard yang banyak ditemui dipasaran saat ini adalah motherboard milik PC yang pertama kali dibuat dengan dasar agar dapat sesuai dengan spesifikasi PC IBM.

Motherboard Terbaru ASUS Berarsitektur 6-Core





Produsen komputer asal Taiwan, ASUS, memperkenalkan produk motherboard terbarunya yang menggunakan chipset AMD 890FX, yang memungkinkan pengguna memanfaatkan kemampuan sepenuhnya dari arsitektur 6-core.

Motherboard ROG Crosshair IV dan M4A89TD dilengkapi teknologi eksklusif yang meraih penghargaan, Core Unlocker dan Turbo Unlocker, sehingga pengguna dapat dengan mudah melakukan overlocking on-demand untuk mendapatkan peningkatan kinerja lebih baik secara real time.

Dikombinasikan dengan desain terbaru dari AMD yang potensial, maka motherboard ini memberikan pengalaman berbeda yang belum pernah ada sebelumnya, kata ASUS Indonesia dalam siaran persnya kepada ANTARA, Jumat.

Dengan Core Unlocker pada motherboard 890FX terbaru itu, memungkinkan untuk menjadikan CPU versi quad-core menjadi 6 core seutuhnya.

Fitur tersebut dilengkapi dengan Turbo Unlocker, engine overclocking cerdas yang memungkinkan penggunanya meningkatkan kinerja CPU secara instan melalui rasio core CPU. Kemampuan yang cocok diperuntukkan bagi komputasi berat atau tugas intensif, termasuk saat bermain game.

Berkenaan dengan dua tool yang unik ini, Joe Hsieh, General Manager of Motherboard Business ASUS mengatakan,"ASUS tidak akan pernah berhenti mengembangkan fitur-fitur untuk peningkatan kinerja yang paling mudah digunakan dan menghasilkan peningkatan kinerja tertinggi bagi konsumen, baik itu untuk kalangan enthusiast, pemula, atau siapa pun."

"Kedua fitur Core Unlocker dan Turbo Unlocker membuka potensi CPU yang sesungguhnya, sehingga membuatnya sesuai bagi pengguna yang mencari nilai tambah terbaik dari motherboard berkinerja terbaik saat ini," katanya.

Turbo Unlocker mewakili evolusi tuning kinerja generasi mendatang dari ASUS. Fitur ini dirancang untuk prosesor AMD Black Edition dan prosesor 6-core yang dilengkapi dengan unlockable multiplier, fitur yang secara cerdas menyesuaikan kecepatan clock CPU.

Pengguna cukup dengan sekali klik untuk mendapatkan kekuatan komputasi yang lebih tinggi. Ketika menjalankan aplikasi yang dioptimalkan untuk core tunggal, maka Turbo Unlocker secara dinamis akan menyesuaikan sumber daya dan menjamin kinerja maksimal pada core tunggal yang digunakan.

Dalam penggunaan aplikasi multi-thread, semua core dimaksimalkan hingga kinerja tertinggi yang tersedia. Peningkatan kinerja terjadi secara dinamis dan instan berdasarkan kondisi sistem sesungguhnya sehingga overclocking berjalan dengan aman dan stabil.

Meteor Jatuh Di Indonesia



Benda yang jatuh di Duren Sawit dipastikan adalah meteor atau asteroid.

Lembaga Antariksa dan Penerbangan Nasional (Lapan) memastikan benda yang jatuh di Duren Sawit adalah sejenis meteor atau pecahan asteroid. Kejadian ini mirip dengan peristiwa jatuhnya meteor di Laut Bone, Sulawesi Selatan.

“Peristiwa ini sama dengan di Bone, hanya saja ledakan meteor itu jatuh di laut. Sedangkan di sini jatuh di pemukiman,” kata Abdurrahman, peneliti Lapan bidang Matahari dan Antariksa, di Duren Sawit, Jakarta Timur, Jumat, 30 April 2010.

Menurut dia, untuk deteksi identifikasi meteor hanya bisa dipantau dari Lembaga Antariksa Amerika Serikat (NASA). Dia melanjutkan, bila itu adalah asteroid maka masyarakat tidak perlu khawatir, karena itu tidak berbahaya.

“Efek asteroid itu tidak bahaya. Hanya ada efek tumbukan saja seperti menimbulkan kehancuran dan melelhkan barang di sekitar lokasi tumbukan. Kalau meteorit itu jatuh seperti kembang api,” ujar dia.

Kendati demikian, Lapan belum menemukan bongkahan sisa-sisa meteor atau asterodi. Karena benda-benda itu sudah dibawa tim Departemen Balistik Metalurgi Mabes Polri.

“Kejadian seperti ini sama seperti di Bone, tapi kalau di sini kita belum tahu diameternya, karena tidak ada cekukan di lokasi,” kata Abdurrahman.

Seperti diketahui, meteor yang jatuh dan hilang di Laut Bone diperkirakan berdiameter 5–10 meter. Kecepatan jatuh meteor Bone sekitar 20.3 km/detik atau 73.080 km/jam.

Ledakan besar akibat meteor Bone itu dideteksi 11 stasiun pemantau nuklir. Pusat jatuhnya meteor Bone berada di sekitar lintang 4,5 LS, 120 BT, sekitar pukul 11.00 WITA pada 8 Oktober 2009.

Sebelum mencapai permukaan bumi, asteroid akan menimbulkan efek kembang api.

Peneliti dari Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) Abdurrahman menyatakan ledakan hebat yang merusak salah satu rumah penduduk di Duren Sawit, Jakarta Timur, merupakan efek tumbukan benda luar angkasa asteroid.

“Dari pemeriksaan sementara, benda ini merupakan benda alami, yaitu meteorid atau asteroid. Jadi bukan benda buatan manusia seperti roket atau satelit,” kata Abdurrahman, Jumat 30 April 2010 di Jakarta.

Kendati demikian, Abdurrahman yang meneliti aktivitas matahari ini mengatakan sejauh ini belum menemukan adanya bongkahan batu atau pecahan asteroid yang berhasil menumbuk permukaan bumi itu.

“Mungkin saja benda itu sudah dibawa oleh tim Puslabfor Polri,” katanya.

Sebelum mencapai permukaan bumi, kata Abdurrahman, asteroid akan menimbulkan efek seperti seperti berkas cahaya kembang api.

Ketika asteroid berhasil mencapai bumi, kata dia, efek tumbukannya akan menimbulkan kehancuran dan melelehkan barang di sekitarnya.

Isu Kiamat 2012 ternyata Badai Matahari



Kapan Kiamat..? Hanya Allah SWT Yang Maha Tahu. Kita hanya tahu lewat tanda-tanda akan datangnya hari Kiamat itu. Pada manuskrip peninggalan suku Maya yang tinggal di selatan Meksiko atau Guatemala yang dikenal menguasai ilmu Falak, disebutkan bahwa kiamat akan terjadi pada 21 Desember 2012. Disebutkan juga pada waktu itu akan muncul gelombang galaksi yang besar-besaran sehingga mengakibatkan terhentinya semua kegiatan di muka Bumi ini.



Kiamat hanya ilmu Allah SWT

Ramalan akan adanya kiamat pada 2012 dari suku Maya sebenarnya belum diketahui dasar perhitungannya. Tetapi issu ini sudahmenyebar luas lewat media Internet. Sebagai Muslim, saya hanya yakin bahwa Kiamat ada dan PASTI akan datang. Dan waktunya, kita tidak ada yang tahu, apalagi sampai menyebut tanggal..

Tentang waktu, kapan kiamat terjadi, ummat Islam hanya diberi sign, berupa tanda2 datangnya kiamat. Bila tanda-tanda sudah ada, maka hari yang dimaksud memang sudah dekat. Tetapi tepatnya kapan, kembali ke konsep dasar, Ummat Islam tidak ada yang boleh menyebut waktu, baik hari, tanggal, bulan maupun tahun. Sebab…

Innamaa ‘ilmuhaa ‘inda Allah, (yang tahu soal kiamat itu hanya Allah)
Lalu apa sebenarnya Kiamat tahun 2012..?

Kiamat 2012 adalah terjadinya Badai Matahari:

Menurut Pak Bambang S Tedjasukmana dari Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), bahwa fenomena yang akan muncul pada sekitar tahun 2011-2012 adalah badai Matahari. Prediksi ini berdasar pada pemantauan pusat pemantau cuaca antariksa di berbagai negara maju yang sudah dilakukan sejak tahun 1960-an dan Indonesia oleh LAPAN telah dilakukan sejak tahun 1975.

Badai Matahari = Flare dan CME

Masih menurut ahli lain dari LAPAN, bahwa badai Matahari akan terjadi ketika adanya flare dan Corona Mass Ejection (CME). Apa itu Flare..? Flare adalah ledakan besar di atmosfer Matahari yang dahsyatnya menyamai 66 juta kali ledakan bom atom Hiroshima. Padahal bom atom yang dijatuhkan Paul Tibbets, pilot pesawat Amerika Serikat (AS), B-29 Enola Gay, Agustus 1945, telah merenggut sekitar 80.000 jiwa manusia. Berarti kalau dikalikan 66 juta lagi, wouw…!

Sedang CME adalah sejenis ledakan sangat besar yang menyebabkan lontaran partikel2 berkecepatan tinggi yakni sekitar 400 km/detik. wouw…

Gangguan cuaca Matahari ini dapat mempengaruhi kondisi muatan antariksa hingga mempengaruhi magnet Bumi, selanjutnya berdampak pada sistem kelistrikan, transportasi yang mengandalkan satelit navigasi global positioning system (GPS), dan sistem komunikasi yang menggunakan satelit komunikasi dan gelombang frekuensi tinggi (HF), serta dapat membahayakan kesehatan atau kehidupan manusia, misal karena magnet Bumi terganggu, maka alat pacu jantung juga akan terganggu.

HP akan error, dan sms bakal ‘kiamat’ betul

Dengan skala sebenarnya, saya sketsakan kira2 Badai Matahari itu akan seperti apa. Besar matahari hanya diambil sepersecuilnya, sementara Bumi sangat penuh (meski masih sangat kecil) tampaknya. Bumi saja belum apa-apanya bila dibanding sunspot yang warna hitam2 itu…

Piala Dunia FIFA 2010



Piala Dunia FIFA 2010 merupakan edisi kesembilan belas dari Piala Dunia FIFA, yang akan diselenggarakan di Afrika Selatan, 11 Juni hingga 11 Juli 2010. Edisi ini adalah edisi pertama Piala Dunia dilaksanakan di benua Afrika, membuat turnamen dilaksanakan di Benua Afrika yang merupakan wilayah CAF, sehingga menyisakan OFC sebagai satu - satunya konfederasi yang belum pernah menjadi tempat penyelenggaraan Piala Dunia FIFA. Pertandingan pembukaan dan pertandingan final akan dilaksanakan di Stadion Soccer City, di kota terbesar Afrika Selatan, Johannesburg.



MASKOT

Maskot resmi dari turnamen edisi ini adalah Zakumi. Zakumi adalah seekor macan tutul berwarna kuning, dengan rambut "nyentrik" berwarna hijau, mengenakan kaus bertuliskan "South Africa 2010", dan celana pendek berwarna hijau, dan tengah memegang sebuah bola. Zakumi lahir pada 16 Juni 1994, bertepatan dengan Hari Pemuda di Afrika Selatan sehingga akan dirayakan secara global dengan tajuk Piala Dunia FIFA

Belajar Menginstal Windows Xp

Bagi sebagian orang mungkin Belajar menginstal windows atau Operating sistem tidaklah penting untuk dipelajari, tapi mungkin bagi sebagian orang lagi menginstal windows xp sangatlah penting untuk dipelajari, memang menurut saya, belajar menginstal windows tidak ada salahnya, lumayan selain nambah wawasan, bisa juga memecahkan masalah yang terjadi pada komputer sendiri, hampir 75% masalah yang terjadi pada komputer itu berasal dari software yang terinstal di dalam komputer tersebut, baik itu virus, badware, trojan, rootkit maupun operating systemnya

Seringkali saya mendapat kerjaan memperbaiki komputer, biasanya bermasalah pada operating systemnya, entah itu karena ada yang menguninstal sebagian komponen windowsnya, ataukah ada yang mengubah setting registry atau barangkali karena ulah software jahat (virus dkk), dan biasanya kalo windows udah rusak dan kacau settingannya, maka akan terjadi crash yang menyebabkan komputer menjadi hang.Biasanya dengan menginstal ulang Operating Systemnya baik itu merepair atau memformat hardisk komputer maka akan membereskan masalah tersebut (Tidak 100% memecahkan masalah, tapi hanya salah satu solusi untuk pemecahan masalah)nah untuk menghemat uang untuk ke tukang servis, atau belajar bereksperimen memperbaiki komputer tidak ada salahnya mencoba menginstal ulang osnya, nah bagaimana mempelajarinya,
Saya menemukan sebuah software unik, sejenis software simulator panduan menginstal windows xp, tanpa takut salah, atau akan merusak komputer,
bagi yang ingin mempelajari penginstalan os berbasis windows tidak ada salahnya mencoba software ini, mau mencoba silahkan download di SINI ini bisa dijadikan panduan juga untuk menginstal OS Lain berbasis windows karena pada dasarnya cara penginstalannya sama. Software ini juga dapat digunakan untuk mengajar menginstal operating sistem bagi pemula karena tidak akan memeformat hardisk jadi bebas dari resiko kehilangan data atau kerusakan hardware, selamat mencoba semoga bermanfaat

Komponen Komputer



Bagi Anda yang masih awan tentang komponen-kompinen atau bagian-bagian dari komputer apa saja, mungkin tulisan berikut dapat membantu Anda. Secara garis besar 2 hal yang sangat mempengaruhi sebuah komputer adalah hardware dan software. Jika kita membahas tentang komponen komputer maka secara otomatis kita akan membicarakan mengenai hardware. Hardware sendiri secara garis besar terbagi atas 3 hal yaitu:
1. Bagian input
2. Peralatan pemrosesan
3. Bagian output
Sekarang akan dibahas hal diatas satu per satu!
1. Bagian Input
Untuk bagian, komponen-komponen komputer umum yang harus kita ketahui adalah:
A. Keyboard
Keyboard adalah suatu alat yang biasanya diletakkan di depan layar komputer dan fungsinya sebagai penginputan data dari luar dengan cara diketikkan pada keyboard. Saya yakin sebagian besar dari Anda pasti mengetahui komponen ini. Keyboard biasanya menyerupai mesin ketik manual (untuk susunan peletakkan hurufnya). Saat ini dipasaran telah beredar keyboard dengan mengadopsi sitem wireless. Dan biasanya harganya lebih mahal jika dibandingkan dengan keyboard biasa. Jenis-jenis keyboard di pasaran saat ini untuk informasi lebih detailnya adalah: Serial, PS/2, USB dan wireless. Kemudian beberapa merek keyboard yang ada dipasaran antara lain yaitu: Logitech (biasanya harganya paling muahal untuk pasar di Indonesia), Accer,Komic dan masih banyak lagi.
B. Mouse
Saya secara pribadi pernah melihat seorang teman yang dengan lancar memainkan komputer hanya dengan menggunakan keyboard tanpa membutuhkan sebuah mouse. Tapi jika Anda manusia normal, dan tidak ingin capek menghafalkan tombol rahasia di keyboard yang dapat digunakan sebagai mouse, maka nampaknya wajib komputer Anda harus memilki sebuah mouse.
Mouse sendiri berfungi untuk mengarahkan pointer pada layar monitor komputer Anda. Dengan keberadaan mouse maka akan memudahkan kita untuk mengatur posisi pointer sesuai dengan keinginan kita dengan cepat. Ciri-ciri sebuah mouse yang bagus adalah memiliki sensitifitas yang amat tinggi dan tidak memerlukan perawatan yang rumit (biasnya mouse optic dan wireless yang memiliki persyaratan ini, jangan menggunakan mouse manual yang harus rutin dibersihkan untuk menghilangkan debu). Merek mouse yang sangat saya sukai adalah Logitech (karena awet, handal, sensitifnya bagus, dan memiliki pergeseran yang bagus, tapi agak sedikit lebih mahal sedikit dari segi harga).
C. Floppy Disk Drive
Merupakan suatu hardware yang menghubungkan disket dengan komputer, Jadi Anda hendak melakukan pemindahan data dari komputer satu dengan yang lain dengan menggunakan disket, maka disinilah sebaiknya Anda masukkan disketnya. Tapi untuk zaman sekarang pemakaian disket terkikis oleh perkembangan teknologi komputer. Karena ukuran disket hampir sebesar CD dan hanya dapat menyimpan memori yang lebih kecil, maka diskiet sudah ditinggalkan oleh sebagian besar penggunanya. Saat ini alat yang lebih ngetren adalah dengan menggunakan flashdisk.
D. Scanner
Menurut saya ini adalah alat yang sangat jarang digunakan oleh orang, begitu juga untuk pemiliknya (jarang ada orang yang memiliki komputer dan juga punya mesin scanner, ya…. Seperti saya ini toh….). Oleh karena itu tidak heran jika sekali menggunakan jasa alat ini dirental maka Anda akan dikenakan biaya yang cukup lumayan mahal, yaitu kurang lebih Rp 1000,00 per scan. Untuk saat ini kebanyakan ditemukan scanner dengan port penghubungnya ke komputer menggunakan model USB.
E. Piranti Optik
Bagi Anda yang gemar menonton paket hemat (tidak mau pergi ke bioskop, tapi cukup beli film-nya “di perparah dengan film bajakan”) maka alat ini wajib ada di komputer Anda. Berikut beberapa type optic komputer yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan Anda:
(1). CD ROM, adalah alat optic membaca inputan dari CD. Kekurangan dari alat ini adalah tidak dapat me-rewrite di CD (memasukkan data ke CD).
(2). CD RW, adalah alat optic yang dapat berfungsi membaca dan me-rewrite file CD. Dengan alat ini maka Anda dapat membuat CD dengan memasukkan file ke dalamnya.
(3). Optik DVD, adalah alat yang fungsinya hampir sama dengan CR ROM, bedanya jika CD ROM untuk CD maka Optik DVD untuk membaca DVD dan CD.
(4). DVD RW (DVD COMBO), bisa digunakan untuk semua jenis aplikasi yang berhubungan dengan optic baik digunakan untuk CD maupun DVD.
F. Piranti Proses
Pada bagian ini umumnya peralatan yang membuat kenapa komputer harganya mahal. Pada bagian pusat proses dinamakan CPU (Central Prosesing Unit) yang merupakan unit proses utama dan terpenting dalam komputer yang mengendalikan seluruh proses pengolahan data mulai dari membaca data dari peralatan input, mengolah atau memproses sampai pada mengeluarkan informasi (Output) ke peralatan Output.
Beberapa peralatan penting yang ada dalam CPU antara lain adalah:
• Memory (lebih familiar di telinga dengan RAM)
• Mainboard (Biasanya paling cepat pension alias rusak), jika diibaratkan makhluk hidup, mungkin mainboard bisa di bilang sebagi badannya. Karena di mainboard banyak diletakkan komponen-komponen penting seperti processor (beserta kipasnya), RAM, VGA dll
• Prosesor (AMD atau Intel), bisa dibilang inilah otanya komputer. Untuk prosesor saat ini yang lagi ngetrend adalah Core 2 Duo dan setingkat diatasnya.
Pada bagian CPU sendiri terdiri dari tiga bagian fungsional yang perlu diperhatikan dalam penggunaan komputer:
1. Register berfungsi menyimpan data sementara yang akan diproses di ALU.
2. CU (Control Unit) berfungsi untuk melakukan pengendalian semua peralatan lainya
3. ALU (Arithmetic Logical Unit) berfungsi melakukan semua proses yang membutuhkan perhitungan matematika dan perbandingan secara logika
G. Peralatan Output
Untuk output pada dasarnya dibedakan atas:
1. Tampilan visual, dalam hal ini monitor memegang peranan yang amat penting. Dalam penampilan visual di monitor sangat dipengaruhi oleh kapasitas VGA.
2. Output berupa suara, tiada lain pasti sebagian besar Anda sudah tahu yaitu speaker. Untuk Speaker komputer, di tanah air banyak merek ternama yang sudah mengembangkan dan memasarkan produknya, diantaranya Altex, Simbada, AudioBox dll.
3. Output berupa cetakkan, untuk hal ini dapat berupa printer dan plotter. Ploter (drum atau table) adalah peralatan keluaran yang digunakan untuk keperluan sistematis seperti mencetak atau mengambar berupa grafik, skematik, dan dapat membuat diagram lainya. Sedangkan printer adalah alat output untuk mencetak file yang biasanya file document, seperti hasil ketikan di office microsoft word misalnya.

SPEEDY




Sharing Koneksi Speedy

Speedy adalah salah satu dari sekian banyak koneksi internet yang lumayan banyak peminatnya untuk sekarang ini. Hal ini terjadi dikarenakan kestabilan serta kecepatannya koneksinya ke internet yang terbilang memadai bagi pemakai internet rumahan, meskipun masih ada juga di beberapa kasus pelanggan yang bermasalah dengan kestabilan dan lambatnya koneksi Speedy ini. Dengan laju koneksi up-to 384 kbps, maka koneksi Speedy ini dapat kita pakai bersama untuk beberapa komputer sekaligus, yang biasanya disebut dengan istilah “sharing koneksi”.

Selasa, 18 Mei 2010

Tahapan implementasi sistem informasi

Implementasi bisa diartikan untuk proses memastikan terlaksananya suatu kebijakan dan tercapainya kebijakan tersebut. Bisa diartikan juga sebagai pelaksanaan atau penerapan.

Implementasi Sistem adalah suatu proses untuk menempatkan informasi baru kedalam operasi. Dalam hal ini, menurut "Whitten, Bentley & Barlow, 1993", Implementasi Sistem mempunyai 4 tahap, yaitu :

1. Membuat dan menguji program.

Merupakan tahap pertama untuk siklus pengembangan sistem yang spesifik bagi programer. Bertujuan untuk mengembangkan rencana yang lebih rinci dalam pengembangan dan pengujian program komputer yang baru.

2. Membuat dan menguji basis data & jaringan.

Penerapan sistem yang baru atau perbaikan sistem dibuat pada basis data dan jaringan yang telah ada. Jika penerapan sistem yang baru memerlukan basis data dan jaringan yang baru atau dimodifikasi, maka sistem yang baru ini biasanya harus diimplementasikan sebelum pemasangan program komputer.


3. Memasang dan menguji sistem baru.

Tahap ini dilakukan untuk menyakinkan bahwa kebutuhan integrasi sistem baru terpenuhi.


Adapun Tujuan dari tahap ini adalah untuk mengubah secara perlahan - lahan sistem lama menjadi sistem baru sehingga perlu dilakukan pemasangan basis data yang akan digunakan pada sistem baru.

A. Identifikasi Pemahaman awal perlunya pembuatan sistem informasi dan permintaan formal untuk mengembangkan sistem informasi.

B. Inisiasi dan Perencanaan Untuk menentukan spesifikasi kebutuhan dan untuk mengetahui bagaimana sistem informasi dapat membantu penyelesaian permasalahan. Pada tahap ini dibuat keputusan perlunya dibuat suatu aplikasi atau mengembangkan aplikasi yang sudah ada. Melakukan analisis untuk membuat spesifikasinya

C. Analisisgstrukturkan kebutuhan pengguna serta menseleksi aplikasi lain yang sudah ada. Pada tahapan ini akan diperoleh spesifikasi fungsional sistem.

D. Perencanaan Logika Mendapatkan dan menstrukturkan kebutuhan sistem informasi secara keseluruhan. Pada tahap ini akan diperoleh spesifikasi rinci data, laporan, tampilan, dan aturan pemrosesan.

E. Perancangan Fisik Mengembangkan spesifikasi teknologi yang akan digunakan, pada tahap ini akan diperoleh struktur program dan basisdata, serta perancangan struktur fisik.

F. Implementasi Pembuatan program dan basisdata, melakukan instal dan menguji sistem. Pada tahapan ini akan diperoleh program aplikasi dan dokumentasi.

G. Pemeliharaan Melakukan pemantauan kegunaan dan fungsi sistem, serta melakukan audit sistem secara periodik.

Kesimpulan dan saran

Kesimpulan Dan Saran

[1] . secara general faktor penting yang mempengaruhi implementasi teknologi
informasi secara optimal adalah : budaya, kondisi negara, Infrastruktur dan Sumber
Daya Manusia
[2] . Ketersediaan SDM dalam bidang teknologi informasi tampaknya menjadi kendala
utama yang dihadapi oleh sebagian besar departemen/institusi pemerintah
[3] . Masih banyak kendala yang dihadapi dalam rangka mengimplementasikan atau
mengaplikasikan Teknologi Informasi pada Pemerintahan Daerah. Salah satu
kendala utama yang ada di Indonesia adalah adanya keterbukaan atau transparansi

[4] . Implementasi Teknologi Informasi bukan sekedar masalah kecanggihan teknologi
atau kemampuan mengalokasikan dana besar, melainkan lebih kepada bagaimana
menyiapkan nonteknis dan non keuangan
[5] . Kendala penerapan Teknologi Informasi di Indonesia
a. Tidak siap-nya Sumber Daya Manusia di Indonesia untuk mengantisipasi
perkembangan Teknologi Informasi
b. Budaya Organisasi dan Budaya Kerja

Saran

a.Implementasi harus dilakukan pelaksanaan dalam memonitoring dengan cara yang baik
b.Perlu meningkatkan kualitas agar semua bisa berjalan dengan lancar.

Jumat, 07 Mei 2010

Kendala yang di Hadapi dalam teknologi informasi di Indonesia

Kendala yang di Hadapi dalam teknologi informasi di Indonesia
Penerapan teknologi Informasi pada era globalisasi informasi saat ini menjadi sangatpenting. apalagi di negara kita yang sedang berkembang, sangat membutuhkan berbagaiinformasi beserta teknologi-nya yang dapat diterapkan untuk kemajuan bangsaini. Tapiuntuk melaksanakan tugas tersebut, masih banyak kendala yang harus dihadapi, baik darisegi budaya, kondisi negara dan Sumber Daya Manusianya. Dalam tulisan ini penulismencoba memaparkan suatu permasalahan yang terjadi dalam penerapan teknologiInformasi khususnya dinegara kita Indonesia. Disini akan dibahas kendala-kendala apasaja yang ada dalam upaya penerapan suatu teknologi Informasi, umumnya dalammasyarakat kita dan khususnya dalam suatu Organisasi, dalam hal ini suatu perusahaan.

Perkembangan teknologi yang semakin cepat telah membawa dunia memasuki era
baru khususnya dibidang informasi, Perkembangan Teknologi Informasi telah merambah
keberbagai penjuru dunia dan bahkan lebih cepat dari yang pernah dibayangkan
sebelumnya. Tidak terkecuali di Indonesia Perkembangan Teknologi Informasi menjadi
pembicaraan utama dan menjadi hal yang utama dalam setiap media massa dan media
elektronik.
Seiring dengan pesatnya perkembangan Teknologi Informasi yang terjadi
sekarang ini khususnya di negara kita Indonesia Teknologi tidak lagi menjadi barang
yang aneh, bahkan sangat diperlukan untuk mendukung kinerja dari suatu organisasi,
misalkan dalam suatu perusahaan. Untuk saat ini tanpa dukungan teknologi informasi
sebuah perusahaan mungkin sangat mustahil untuk dapat berkembang. Namun demikian
penerapan Teknologi Informasi dalam suatu organisasi tidaklah gampang seperti
membalikkan telapak tangan. Banyak sekali kendala-kendala yang perlu diperhatikan
dalam penerapan teknologi informasi, seperti masalah biaya, Sumber Daya Manusia(SDM) dan banyak faktor lainnya.

Kendala Penerapan Teknologi Informasi

Perkembangan dan implementasi teknologi informasi pada organisasi, baik
organisasi profit maupun non profit, adalah sebuah fenomena yang sangat mempengaruhi
kinerja sebuah organisasi, namun dalam penerapan teknologi informasi, banyak
organisasi yang tidak mempertimbangkan faktor-faktor yang mempengaruhi keberadaan
teknologi informasi dalam sebuah organisasi, secara general faktor penting yang
mempengaruhi implementasi teknologi informasi secara optimal adalah : Infrastruktur
dan Sumber Daya Manusia. Sejauh mana kesiapan dua faktor ini akan mempengaruhi
optimalisasi penggunaan dan kontraprestasi teknologi informasi dalam organisasi.
Pada sisi lain, perlu kita pahami bahwa keberadaan teknologi informasi untuk
mendukung kinerja perusahaan adalah hal yang sangat urgent. Sehingga sudah
selayaknya setiap pengambil kebijakan (decision maker) untuk mempertimbangkan
penerapan teknologi informasi dan peningkatan sumber daya manusia yang terlibat dalam
sebuah organisasi. Terlebih pada lembaga pemerintahan yang sebagai sebuah lembaga
yang berorientasi pada public services.
Sebuah sumber yaitu Bappenas memaparkan hasil temuannya melalui Survey,
Kunjungan dan Wawancara (disajikan dengan prosentase responden) mengenai
penerapan Teknologi Informasi di pemerintahan. Kendala-kendala yang terjadi adalah


[1] . kendala penerapan teknologi Informasi dalam mendukung penyelenggaraan
pemerintahan yang baik ("good governance").
Berkaitan dengan peran teknologi informasi dalam mendukung penyelenggaraan
pemerintahan yang baik (good governance), sebagian besar departemen/institusi
tampaknya akan memerlukan waktu untuk mempersiapkan diri. Hal ini dapat dilihat
dari tingkat pemanfaatan teknologi informasi di sebagian besar departemen/institusi
seperti pada kasus-kasus berikut:
• Dalam konteks penyelenggaraan pemerintahan yang lebih baik, teknologi
informasi masih dianggap sebagai alat "pengotomasi proses", yang diharapkan
dapat mengurangi proses yang dilakukan secara manual (74%) dibanding sebagai
alat yang dapat mengurangi birokrasi.
• Dalam konteks partisipasi semua pihak untuk penyusunan kebijakan, teknologi
informasi masih dianggap sebagai alat yang mempermudah pengumpulan
informasi ( 79,1%) dibanding sebagai alat yang dapat membuka komunikasi
dengan pihak luar seperti publik atau instansi lain (52,2%).
• Dalam konteks keterbukaan (transparansi) internal, teknologi informasi masih
dianggap sebagai sarana penyedia akses (55,2%) dibanding sebagai sarana
penyediaan informasi yang lebih spesifik seperti latar-belakang suatu kebijakan
misalnya.
• Dalam konteks pelaksanaan suatu kebijakan, teknologi informasi masih dilihat
sebagai sarana untuk mempercepat pelaporan (83,6%) dibanding sebagai sarana
untuk membantu proses monitoring (55,2%).
• Dalam konteks peningkatan kualitas suatu kebijakan, teknologi informasi masih
dilihat sebagai sarana untuk memperluas sumber informasi dan data (79,1%)
dibanding sarana yang dapat menciptakan keterbukaan dalam proses pengambilan
keputusan
[2] . Kendala dalam dukungan teknologi informasi untuk pelayanan publik.
1. Saat ini informasi yang dapat diakses oleh publik masih amat terbatas sifatnya,
berupa informasi umum mengenai departemen/institusi (67,2%) dan belum
berupa informasi yang berkaitan dengan sistem prosedur atau tata cara yang
berhubungan dengan pelayanan publik (37,3%). Salah satu yang menyebabkan
keterbatasan ini adalah tidak adanya acuan atau panduan di tingkat nasional,
seperti yang diharapkan oleh sebagian besar departemen/institusi tersebut (68,7%)

[3] . Kendala Infrastruktur teknologi informasi
1. Kondisi perangkat keras sebagian besar departemen/institusi pemerintah
umumnya terdiri dari PC (92,5%) yang tampaknya telah terhubung dalam suatu
jaringan lokal (91%). Sebagian besar dari institusi ini telah memiliki hubungan ke
Internet melalui ISP (85,1%). Namun demikian, interkoneksi ke Internet ini masih
sederhana konfigurasinya; hal ini terlihat dari kecilnya jumlah institusi yang
menggunakan perangkat Network Security (46,3%) atau Network Management
(35,8%).
2. Dari sisi perangkat lunak, sebagian besar departemen/institusi pemerintah
menggunakan aplikasi office automation, seperti word processing, dll. (80,6%),
database management systems (73,1%), dan aplikasi-aplikasi Intranet, seperti
Web Publishing (73,1%). Walaupun sebagian besar institusi telah menggunakan
komputer untuk fungsi-fungsi yang umum ini, namun demikin masih ada institusi
yang sama sekali belum memanfaatkannya.
3. Dari sisi pengembangan infrastruktur teknologi informasi, departemen/institusi
pemerintah masih banyak yang mendapatkan bantuan pihak luar dalam bentuk
konsultasi pengembangan (68,7%); hal ini mungkin mengindikasikan masih
belum memadainya kemampuan internal dalam merencanakan pengembangan
4. Dalam hal pengelolaan infrastruktur tersebut, mereka cukup banyak yang bekerja
sama dengan organisasi pusatnya (79,1%); tampaknya pola "sentralisasi" masih
cukup kuat disini. Suatu bentuk penggunaan informasi secara bersama-sama telah
mulai dilakukan, hal ini tampak dari jawaban cukup banyak departemen/institusi
(55,2%). Namun demikian, kerja sama ini sebagian besar menghadapi kendala
dalam bentuk integrasi data (53,7%) dan integrasi aplikasi (53,7%). Salah satu
penyebabnya kemungkinan adalah belum diterapkannya standarisasi (56,7%).
5. Dari sisi kebutuhan infrastruktur teknologi informasi untuk jangka pendek,
sebagian besar departemen/institusi merasakan kebutuhan akan aplikasi dan basis
data sebagai kebutuhan utama (55,2%), diikuti oleh perangkat telekomunikasi dan
akses jaringan komputer global/nasional serta integrasi dengan organisasi lain
yang terkait (43,3%). Sedangkan dari sisi proses/prosedurnya, yang perlu
mendapatkan perhatian adalah panduan manajemen dan operasi (61,2%).

[4] . Kendala Sumber daya manusia dalam bidang teknologi informasi
1. Ketersediaan SDM dalam bidang teknologi informasi tampaknya menjadi kendala
utama yang dihadapi oleh sebagian besar departemen/institusi pemerintah (70%).
Hal ini besar kemungkinannya berkaitan dengan pola pengembangan SDM di
bidang teknologi informasi yang kurang menarik minat orang-orang yang
berkualitas seperti: a) masalah dengan gaji dan fasilitas yang kurang memadai
(55,2%); b) program pengembangan SDM lebih berupa pelatihan internal (89,6%)
atau seminar/workshop (67,2%) dibanding memberikan bea siswa misalnya; c)
cakupan pekerjaan yang sebagian besar berada pada level "operator" dalam
bentuk pemeliharaan data dan aplikasi (82,1%) atau pelatihan pada pemakai
(79,1%), walaupun ada juga yang sampai pada level "analis" seperti perancangan
aplikasi (68,7%); d) tidak adanya perlakuan khusus (47,8%) baik dalam bentuk
insentif maupun jenjang karir.
2. Sebagian besar departemen/institusi mengharapkan adanya kebijakan yang
mengatur struktur dan jenjang karir SDM di bidang teknologi informasi (84,1%)
dan juga kebijakan untuk pendidikan teknologi informasi berupa sertifikasi dan
akreditasi (59,4%) dalam kebijakan nasional dalam bidang teknologi informasi
Menurut Budi Raharjo (PPAU Mikroelektronika ITB) dalam tulisannya Peningkatan
Literasi Komputer dan Pemanfaatan Telematika di Lingkungan Pemerintah Daerah
mengungkapkan :
Masih banyak kendala yang dihadapi dalam rangka mengimplementasikan atau
mengaplikasikan Teknologi Informasi pada Pemerintahan Daerah. Salah satu kendala
utama yang ada di Indonesia adalah adanya keterbukaan atau transparansi. Tanpa adanya
komitmen dari Pemerintah, maka penggunaan Teknologi Informasi akan menjadi sia-sia.
Kendala lain yang dihadapi oleh Pemerintah Daerah adalah kurangnya sumber daya
manusia (SDM) setempat yang dapat mendukung kegiatan bisnis, ekonomi, dan
Pemerintahan Daerah. Masalah ini menjadi sensitif jika dikaitkan dengan masalah seputar
prioritas terhadap “putra daerah”. Penerapan Teknologi Informasi dapat membantu
Pemerintah Daerah untuk meningkatkan kemampuan putra daerah dengan kemudahan
mendapatkan informasi dari mana saja di seluruh dunia. Sebagian bantuan dan konsultasi
dapat dilakukan melalui Internet tanpa perlu mendatangkan konsultan asing. Jika dilihat
dari sudut pandang ini, maka penerapan Teknologi Informasi secara politis menjadi
sangat penting.

Kendala dan langkah-langkah Implementasi Teknologi Informasi
Implementasi Teknologi Informasi bukan sekedar masalah kecanggihan teknologi
atau kemampuan mengalokasikan dana besar, melainkan lebih kepada bagaimana
menyiapkan nonteknis dan non keuangan. Teknologi Informasi memang memerlukan
dana yang tidak sedikit, belum lagi ada kekhawatiran adanya kegagalan-kegagalan yang
ditemui dalam membangun Teknologi Informasi yang ujung-ujungnya malah
menghabiskan dana dengan percuma, perencanaan yang matang dengan bantuan para

[5]Bahan diskusi Dialog Kebijakan Teknologi di BPPT, 23 Oktober 2001.
konsultan memang sangat diperlukan untuk memprediksi dan menerapkan teknologi dan
sistem apa yang cocok pada perusahaan.
Banyak perusahaan-perusahaan membangun Teknologi Informasinya hanya untuk
mengikuti tren tanpa maksud dan tujuan yang jelas, akibatnya banyak kerugian dan
kegagalan-kegagalan yang ditemukan. Perencanaan yang matang dengan teknologi
mutakhir akan mampu memberikan image dan kepercayaan pada sebuah perusahaan.
Namun hal tersebut tentunya tidak semudah apa yang di perkirakan. Teknologi yang
canggih dan dana yang kuat tidak akan mampu memajukan perusahaan tanpa didikung
oleh Sumber Daya Manusia (SDM) yang andal. Tentunya perkembangan dan kemajuan
Teknologi Informasi di Indonesia perlu juga diiringi oleh perkembangan Sumber Daya
Manusia-nya pula.
Agar implementasi Teknologi Informasi dapat berjalan dengan baik, maka perlu
dipersiapkan pondasi nonteknis khususnya yang berkaitan dengan Sumber Daya
Manusia(SDM) dan budaya perusahaan.Yang juga harus disadari, membiasakan diri
menggunakan Teknologi Informasi membutuhkan waktu yang tak cukup semalam, maka
jangan berharap bahwa implementasi Teknologi Informasi dapat menjadi mantra yang
mampu menciptakan berbagai benefit dalam sekejap mata. Namun sekali berhasil,
implementasi Teknologi Informasibukan saja mampu memberikan layanan yang baik,
tetapi juga akan menjadi itik bertelur emas yang terus menerus menghasilkan
keuntungannya :
[1] . secara general faktor penting yang mempengaruhi implementasi teknologi
informasi secara optimal adalah : budaya, kondisi negara, Infrastruktur dan Sumber
Daya Manusia
[2] . Ketersediaan SDM dalam bidang teknologi informasi tampaknya menjadi kendala
utama yang dihadapi oleh sebagian besar departemen/institusi pemerintah
[3] . Masih banyak kendala yang dihadapi dalam rangka mengimplementasikan atau
mengaplikasikan Teknologi Informasi pada Pemerintahan Daerah. Salah satu
kendala utama yang ada di Indonesia adalah adanya keterbukaan atau transparansi
[4] . Implementasi Teknologi Informasi bukan sekedar masalah kecanggihan teknologi
atau kemampuan mengalokasikan dana besar, melainkan lebih kepada bagaimana
menyiapkan nonteknis dan non keuangan
[5] . Kendala penerapan Teknologi Informasi di Indonesia
a. Tidak siap-nya Sumber Daya Manusia di Indonesia untuk mengantisipasi
perkembangan Teknologi Informasi
b. Budaya Organisasi dan Budaya Kerja

Solusi untuk mengatasi kendala dalam implementasi teknologi informasi

Untuk mengatasi kendala-kendala tersebut diperlukan langkah-langkah penyelesaian yang sekaligus berfungsi sebagai prasyarat keberhasilan penerapan implementasi informasi dalam pembelajaran. Menurut Mahmud (2008:13) dalam bukunya yang berjudul ICT Untuk Sekolah Unggul, terdapat beberapa persyaratan agar dapat menerapkan pembelajaran berbasis teknologi informasi dan komunikasi, yaitu tersedianya sarana prasarana yang menunjang pembelajaran berbasis teknologi informasi. Lebih lanjut dijelaskan beberapa persyaratan yang harus dipenuhi dalam menerapkan pembelajaran berbasis Teknologi informasi adalah:
1. Pembelajar dan Pengajar harus memiliki akses terhadap teknologi digital dan Internet dalam kelas, sekolah, dan lembaga pendidikan. Ini berarti sekolah harus memiliki sarana prasarana yang memadai yang berkaitan dengan teknologi informasi dan komunikasi, seperti tersedianya komputer/laptop, jaringan komputer, internet, laboratorium komputer, peralatan multimedia seperti CD, DVD, Web Camera dan lain-lain.
2. Harus tersedia materi yang berkualitas, bermakna, dan dukungan kultural bagi pembelajar dan pengajar. Materi-materi itu dapat berupa materi pembelajaran interaktif yang berbantuan komputer, seperti CD, DVD Pembelajaran Interaktif.
3. Pengajar harus memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam menggunakan alat-alat dan sumber-sumber digital untuk membantu pembelajar agar mencapai standar akademik.
4. Harus tersedia anggaran atau dana yang cukup untuk untuk mengadakan, mengembangkan dan merawat sarana prasarana Teknologi Informasi dan Komunikasi tersebut.
5. Dan yang tak kalah penting adalah, adanya kemauan dari semua pihak, dalam hal ini guru dan peserta didik untuk menerapkan pembelajaran dengan dukungan teknologi komunikasi dan informasi tersebut.

6. Melakukan analisis yang matang tentang kebutuhan penerapan teknologi informasi. Analisis yang detail dan menyeluruh sangat diperlukan sebelum melakukan langkah lebih jauh dalam penerapan teknologi informasi pada institusi tertentu. Setiap fitur yang dibutuhkan perlu didata secara teliti, jika perlu analisis dilakukan oleh wakil pihak institusi didampingi pakar teknologi informasi agar dapat mendata semua kebutuhan dan alternatif solusi yang sesuai. Sebab, fitur-fitur teknologi informasi yang akan diterapkan sangat bergantung pada kebutuhan dan dana yang tersedia, agar pemborosan dapat dihindari sebisa mungkin.
7. Memilih konsultan teknologi informasi yang terpercaya. Konsultan teknologi informasi akan merancang dan mengimplementasikan sistem ataupun infrastruktur sesuai keinginan peminta. Dengan memilih konsultan teknologi informasi yang tepat, maka penghamburan dana untuk sumber daya yang tidak diperlukan dapat diminimalkan.
8. Menyelenggarakan training bagi calon pengguna sistem Hal ini merupakan kegiatan yang cukup penting, karena pada akhirnya penggunalah yang akan memanfaatkan fitur-fitur yang ada pada sistem yang diterapkan. Untuk sebuah perguruan tinggi, perlu diadakan training atau semacam e-tutorial bagi dosen yang masih membutuhkan adaptasi atas diterapkannya sistem berbasis teknologi informasi dalam metode pembelajaran selanjutnya. Selain itu, tidak menutup kemungkinan, masih terdapat mahasiswa yang memerlukan panduan-panduan khusus. Training ini dapat juga diganti dengan pemberian modul-modul guideline versi hardcopy maupun softcopy yang dapat dipelajari sendiri oleh calon pengguna.
Nantinya, diharapkan penerapan teknologi informasi di lingkungan perguruan tinggi akan dapat memaksimalkan potensi dosen maupun mahasiswa, sehingga tujuan utama usaha ini yaitu meningkatkan mutu lulusan perguruan tinggi, agar selain dapat menyerap ilmu sebanyak-banyaknya dan mengikuti laju perkembangan ilmu pengetahuan, bahkan sebagai salah satu kontributor penemuan baru dan penelitian dalam dunia IPTEK, semakin meningkat. Sehingga, mutu lulusan perguruan tinggi di Indonesia dapat bersaing dengan lulusan perguruan tinggi-perguruan tinggi di dunia, bukan hanya dalam hal ilmu pengetahuan sesuai core competencenya, namun juga dalam dunia pembelajaran berbasis teknologi informasi.

Kendala yang di Hadapi dalam teknologi informasi di Indonesia

Penerapan teknologi Informasi pada era globalisasi informasi saat ini menjadi sangatpenting. apalagi di negara kita yang sedang berkembang, sangat membutuhkan berbagaiinformasi beserta teknologi-nya yang dapat diterapkan untuk kemajuan bangsaini. Tapiuntuk melaksanakan tugas tersebut, masih banyak kendala yang harus dihadapi, baik darisegi budaya, kondisi negara dan Sumber Daya Manusianya. Dalam tulisan ini penulismencoba memaparkan suatu permasalahan yang terjadi dalam penerapan teknologiInformasi khususnya dinegara kita Indonesia. Disini akan dibahas kendala-kendala apasaja yang ada dalam upaya penerapan suatu teknologi Informasi, umumnya dalammasyarakat kita dan khususnya dalam suatu Organisasi, dalam hal ini suatu perusahaan.

Perkembangan teknologi yang semakin cepat telah membawa dunia memasuki era
baru khususnya dibidang informasi, Perkembangan Teknologi Informasi telah merambah
keberbagai penjuru dunia dan bahkan lebih cepat dari yang pernah dibayangkan
sebelumnya. Tidak terkecuali di Indonesia Perkembangan Teknologi Informasi menjadi
pembicaraan utama dan menjadi hal yang utama dalam setiap media massa dan media
elektronik.
Seiring dengan pesatnya perkembangan Teknologi Informasi yang terjadi
sekarang ini khususnya di negara kita Indonesia Teknologi tidak lagi menjadi barang
yang aneh, bahkan sangat diperlukan untuk mendukung kinerja dari suatu organisasi,
misalkan dalam suatu perusahaan. Untuk saat ini tanpa dukungan teknologi informasi
sebuah perusahaan mungkin sangat mustahil untuk dapat berkembang. Namun demikian
penerapan Teknologi Informasi dalam suatu organisasi tidaklah gampang seperti
membalikkan telapak tangan. Banyak sekali kendala-kendala yang perlu diperhatikan
dalam penerapan teknologi informasi, seperti masalah biaya, Sumber Daya Manusia(SDM) dan banyak faktor lainnya.

Kendala Penerapan Teknologi Informasi

Perkembangan dan implementasi teknologi informasi pada organisasi, baik
organisasi profit maupun non profit, adalah sebuah fenomena yang sangat mempengaruhi
kinerja sebuah organisasi, namun dalam penerapan teknologi informasi, banyak
organisasi yang tidak mempertimbangkan faktor-faktor yang mempengaruhi keberadaan
teknologi informasi dalam sebuah organisasi, secara general faktor penting yang
mempengaruhi implementasi teknologi informasi secara optimal adalah : Infrastruktur
dan Sumber Daya Manusia. Sejauh mana kesiapan dua faktor ini akan mempengaruhi
optimalisasi penggunaan dan kontraprestasi teknologi informasi dalam organisasi.
Pada sisi lain, perlu kita pahami bahwa keberadaan teknologi informasi untuk
mendukung kinerja perusahaan adalah hal yang sangat urgent. Sehingga sudah
selayaknya setiap pengambil kebijakan (decision maker) untuk mempertimbangkan
penerapan teknologi informasi dan peningkatan sumber daya manusia yang terlibat dalam
sebuah organisasi. Terlebih pada lembaga pemerintahan yang sebagai sebuah lembaga
yang berorientasi pada public services.
Sebuah sumber yaitu Bappenas memaparkan hasil temuannya melalui Survey,
Kunjungan dan Wawancara (disajikan dengan prosentase responden) mengenai
penerapan Teknologi Informasi di pemerintahan. Kendala-kendala yang terjadi adalah


[1] . kendala penerapan teknologi Informasi dalam mendukung penyelenggaraan
pemerintahan yang baik ("good governance").
Berkaitan dengan peran teknologi informasi dalam mendukung penyelenggaraan
pemerintahan yang baik (good governance), sebagian besar departemen/institusi
tampaknya akan memerlukan waktu untuk mempersiapkan diri. Hal ini dapat dilihat
dari tingkat pemanfaatan teknologi informasi di sebagian besar departemen/institusi
seperti pada kasus-kasus berikut:
• Dalam konteks penyelenggaraan pemerintahan yang lebih baik, teknologi
informasi masih dianggap sebagai alat "pengotomasi proses", yang diharapkan
dapat mengurangi proses yang dilakukan secara manual (74%) dibanding sebagai
alat yang dapat mengurangi birokrasi.
• Dalam konteks partisipasi semua pihak untuk penyusunan kebijakan, teknologi
informasi masih dianggap sebagai alat yang mempermudah pengumpulan
informasi ( 79,1%) dibanding sebagai alat yang dapat membuka komunikasi
dengan pihak luar seperti publik atau instansi lain (52,2%).
• Dalam konteks keterbukaan (transparansi) internal, teknologi informasi masih
dianggap sebagai sarana penyedia akses (55,2%) dibanding sebagai sarana
penyediaan informasi yang lebih spesifik seperti latar-belakang suatu kebijakan
misalnya.
• Dalam konteks pelaksanaan suatu kebijakan, teknologi informasi masih dilihat
sebagai sarana untuk mempercepat pelaporan (83,6%) dibanding sebagai sarana
untuk membantu proses monitoring (55,2%).
• Dalam konteks peningkatan kualitas suatu kebijakan, teknologi informasi masih
dilihat sebagai sarana untuk memperluas sumber informasi dan data (79,1%)
dibanding sarana yang dapat menciptakan keterbukaan dalam proses pengambilan
keputusan
[2] . Kendala dalam dukungan teknologi informasi untuk pelayanan publik.
1. Saat ini informasi yang dapat diakses oleh publik masih amat terbatas sifatnya,
berupa informasi umum mengenai departemen/institusi (67,2%) dan belum
berupa informasi yang berkaitan dengan sistem prosedur atau tata cara yang
berhubungan dengan pelayanan publik (37,3%). Salah satu yang menyebabkan
keterbatasan ini adalah tidak adanya acuan atau panduan di tingkat nasional,
seperti yang diharapkan oleh sebagian besar departemen/institusi tersebut (68,7%)

[3] . Kendala Infrastruktur teknologi informasi
1. Kondisi perangkat keras sebagian besar departemen/institusi pemerintah
umumnya terdiri dari PC (92,5%) yang tampaknya telah terhubung dalam suatu
jaringan lokal (91%). Sebagian besar dari institusi ini telah memiliki hubungan ke
Internet melalui ISP (85,1%). Namun demikian, interkoneksi ke Internet ini masih
sederhana konfigurasinya; hal ini terlihat dari kecilnya jumlah institusi yang
menggunakan perangkat Network Security (46,3%) atau Network Management
(35,8%).
2. Dari sisi perangkat lunak, sebagian besar departemen/institusi pemerintah
menggunakan aplikasi office automation, seperti word processing, dll. (80,6%),
database management systems (73,1%), dan aplikasi-aplikasi Intranet, seperti
Web Publishing (73,1%). Walaupun sebagian besar institusi telah menggunakan
komputer untuk fungsi-fungsi yang umum ini, namun demikin masih ada institusi
yang sama sekali belum memanfaatkannya.
3. Dari sisi pengembangan infrastruktur teknologi informasi, departemen/institusi
pemerintah masih banyak yang mendapatkan bantuan pihak luar dalam bentuk
konsultasi pengembangan (68,7%); hal ini mungkin mengindikasikan masih
belum memadainya kemampuan internal dalam merencanakan pengembangan
4. Dalam hal pengelolaan infrastruktur tersebut, mereka cukup banyak yang bekerja
sama dengan organisasi pusatnya (79,1%); tampaknya pola "sentralisasi" masih
cukup kuat disini. Suatu bentuk penggunaan informasi secara bersama-sama telah
mulai dilakukan, hal ini tampak dari jawaban cukup banyak departemen/institusi
(55,2%). Namun demikian, kerja sama ini sebagian besar menghadapi kendala
dalam bentuk integrasi data (53,7%) dan integrasi aplikasi (53,7%). Salah satu
penyebabnya kemungkinan adalah belum diterapkannya standarisasi (56,7%).
5. Dari sisi kebutuhan infrastruktur teknologi informasi untuk jangka pendek,
sebagian besar departemen/institusi merasakan kebutuhan akan aplikasi dan basis
data sebagai kebutuhan utama (55,2%), diikuti oleh perangkat telekomunikasi dan
akses jaringan komputer global/nasional serta integrasi dengan organisasi lain
yang terkait (43,3%). Sedangkan dari sisi proses/prosedurnya, yang perlu
mendapatkan perhatian adalah panduan manajemen dan operasi (61,2%).

[4] . Kendala Sumber daya manusia dalam bidang teknologi informasi
1. Ketersediaan SDM dalam bidang teknologi informasi tampaknya menjadi kendala
utama yang dihadapi oleh sebagian besar departemen/institusi pemerintah (70%).
Hal ini besar kemungkinannya berkaitan dengan pola pengembangan SDM di
bidang teknologi informasi yang kurang menarik minat orang-orang yang
berkualitas seperti: a) masalah dengan gaji dan fasilitas yang kurang memadai
(55,2%); b) program pengembangan SDM lebih berupa pelatihan internal (89,6%)
atau seminar/workshop (67,2%) dibanding memberikan bea siswa misalnya; c)
cakupan pekerjaan yang sebagian besar berada pada level "operator" dalam
bentuk pemeliharaan data dan aplikasi (82,1%) atau pelatihan pada pemakai
(79,1%), walaupun ada juga yang sampai pada level "analis" seperti perancangan
aplikasi (68,7%); d) tidak adanya perlakuan khusus (47,8%) baik dalam bentuk
insentif maupun jenjang karir.
2. Sebagian besar departemen/institusi mengharapkan adanya kebijakan yang
mengatur struktur dan jenjang karir SDM di bidang teknologi informasi (84,1%)
dan juga kebijakan untuk pendidikan teknologi informasi berupa sertifikasi dan
akreditasi (59,4%) dalam kebijakan nasional dalam bidang teknologi informasi
Menurut Budi Raharjo (PPAU Mikroelektronika ITB) dalam tulisannya Peningkatan
Literasi Komputer dan Pemanfaatan Telematika di Lingkungan Pemerintah Daerah
mengungkapkan :
Masih banyak kendala yang dihadapi dalam rangka mengimplementasikan atau
mengaplikasikan Teknologi Informasi pada Pemerintahan Daerah. Salah satu kendala
utama yang ada di Indonesia adalah adanya keterbukaan atau transparansi. Tanpa adanya
komitmen dari Pemerintah, maka penggunaan Teknologi Informasi akan menjadi sia-sia.
Kendala lain yang dihadapi oleh Pemerintah Daerah adalah kurangnya sumber daya
manusia (SDM) setempat yang dapat mendukung kegiatan bisnis, ekonomi, dan
Pemerintahan Daerah. Masalah ini menjadi sensitif jika dikaitkan dengan masalah seputar
prioritas terhadap “putra daerah”. Penerapan Teknologi Informasi dapat membantu
Pemerintah Daerah untuk meningkatkan kemampuan putra daerah dengan kemudahan
mendapatkan informasi dari mana saja di seluruh dunia. Sebagian bantuan dan konsultasi
dapat dilakukan melalui Internet tanpa perlu mendatangkan konsultan asing. Jika dilihat
dari sudut pandang ini, maka penerapan Teknologi Informasi secara politis menjadi
sangat penting.

Kendala dan langkah-langkah Implementasi Teknologi Informasi
Implementasi Teknologi Informasi bukan sekedar masalah kecanggihan teknologi
atau kemampuan mengalokasikan dana besar, melainkan lebih kepada bagaimana
menyiapkan nonteknis dan non keuangan. Teknologi Informasi memang memerlukan
dana yang tidak sedikit, belum lagi ada kekhawatiran adanya kegagalan-kegagalan yang
ditemui dalam membangun Teknologi Informasi yang ujung-ujungnya malah
menghabiskan dana dengan percuma, perencanaan yang matang dengan bantuan para

[5]Bahan diskusi Dialog Kebijakan Teknologi di BPPT, 23 Oktober 2001.
konsultan memang sangat diperlukan untuk memprediksi dan menerapkan teknologi dan
sistem apa yang cocok pada perusahaan.
Banyak perusahaan-perusahaan membangun Teknologi Informasinya hanya untuk
mengikuti tren tanpa maksud dan tujuan yang jelas, akibatnya banyak kerugian dan
kegagalan-kegagalan yang ditemukan. Perencanaan yang matang dengan teknologi
mutakhir akan mampu memberikan image dan kepercayaan pada sebuah perusahaan.
Namun hal tersebut tentunya tidak semudah apa yang di perkirakan. Teknologi yang
canggih dan dana yang kuat tidak akan mampu memajukan perusahaan tanpa didikung
oleh Sumber Daya Manusia (SDM) yang andal. Tentunya perkembangan dan kemajuan
Teknologi Informasi di Indonesia perlu juga diiringi oleh perkembangan Sumber Daya
Manusia-nya pula.
Agar implementasi Teknologi Informasi dapat berjalan dengan baik, maka perlu
dipersiapkan pondasi nonteknis khususnya yang berkaitan dengan Sumber Daya
Manusia(SDM) dan budaya perusahaan.Yang juga harus disadari, membiasakan diri
menggunakan Teknologi Informasi membutuhkan waktu yang tak cukup semalam, maka
jangan berharap bahwa implementasi Teknologi Informasi dapat menjadi mantra yang
mampu menciptakan berbagai benefit dalam sekejap mata. Namun sekali berhasil,
implementasi Teknologi Informasibukan saja mampu memberikan layanan yang baik,
tetapi juga akan menjadi itik bertelur emas yang terus menerus menghasilkan
keuntungannya :
[1] . secara general faktor penting yang mempengaruhi implementasi teknologi
informasi secara optimal adalah : budaya, kondisi negara, Infrastruktur dan Sumber
Daya Manusia
[2] . Ketersediaan SDM dalam bidang teknologi informasi tampaknya menjadi kendala
utama yang dihadapi oleh sebagian besar departemen/institusi pemerintah
[3] . Masih banyak kendala yang dihadapi dalam rangka mengimplementasikan atau
mengaplikasikan Teknologi Informasi pada Pemerintahan Daerah. Salah satu
kendala utama yang ada di Indonesia adalah adanya keterbukaan atau transparansi
[4] . Implementasi Teknologi Informasi bukan sekedar masalah kecanggihan teknologi
atau kemampuan mengalokasikan dana besar, melainkan lebih kepada bagaimana
menyiapkan nonteknis dan non keuangan
[5] . Kendala penerapan Teknologi Informasi di Indonesia
a. Tidak siap-nya Sumber Daya Manusia di Indonesia untuk mengantisipasi
perkembangan Teknologi Informasi
b. Budaya Organisasi dan Budaya Kerja

Solusi untuk mengatasi kendala dalam implementasi teknologi informasi

Untuk mengatasi kendala-kendala tersebut diperlukan langkah-langkah penyelesaian yang sekaligus berfungsi sebagai prasyarat keberhasilan penerapan implementasi informasi dalam pembelajaran. Menurut Mahmud (2008:13) dalam bukunya yang berjudul ICT Untuk Sekolah Unggul, terdapat beberapa persyaratan agar dapat menerapkan pembelajaran berbasis teknologi informasi dan komunikasi, yaitu tersedianya sarana prasarana yang menunjang pembelajaran berbasis teknologi informasi. Lebih lanjut dijelaskan beberapa persyaratan yang harus dipenuhi dalam menerapkan pembelajaran berbasis Teknologi informasi adalah:
1. Pembelajar dan Pengajar harus memiliki akses terhadap teknologi digital dan Internet dalam kelas, sekolah, dan lembaga pendidikan. Ini berarti sekolah harus memiliki sarana prasarana yang memadai yang berkaitan dengan teknologi informasi dan komunikasi, seperti tersedianya komputer/laptop, jaringan komputer, internet, laboratorium komputer, peralatan multimedia seperti CD, DVD, Web Camera dan lain-lain.
2. Harus tersedia materi yang berkualitas, bermakna, dan dukungan kultural bagi pembelajar dan pengajar. Materi-materi itu dapat berupa materi pembelajaran interaktif yang berbantuan komputer, seperti CD, DVD Pembelajaran Interaktif.
3. Pengajar harus memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam menggunakan alat-alat dan sumber-sumber digital untuk membantu pembelajar agar mencapai standar akademik.
4. Harus tersedia anggaran atau dana yang cukup untuk untuk mengadakan, mengembangkan dan merawat sarana prasarana Teknologi Informasi dan Komunikasi tersebut.
5. Dan yang tak kalah penting adalah, adanya kemauan dari semua pihak, dalam hal ini guru dan peserta didik untuk menerapkan pembelajaran dengan dukungan teknologi komunikasi dan informasi tersebut.

6. Melakukan analisis yang matang tentang kebutuhan penerapan teknologi informasi. Analisis yang detail dan menyeluruh sangat diperlukan sebelum melakukan langkah lebih jauh dalam penerapan teknologi informasi pada institusi tertentu. Setiap fitur yang dibutuhkan perlu didata secara teliti, jika perlu analisis dilakukan oleh wakil pihak institusi didampingi pakar teknologi informasi agar dapat mendata semua kebutuhan dan alternatif solusi yang sesuai. Sebab, fitur-fitur teknologi informasi yang akan diterapkan sangat bergantung pada kebutuhan dan dana yang tersedia, agar pemborosan dapat dihindari sebisa mungkin.
7. Memilih konsultan teknologi informasi yang terpercaya. Konsultan teknologi informasi akan merancang dan mengimplementasikan sistem ataupun infrastruktur sesuai keinginan peminta. Dengan memilih konsultan teknologi informasi yang tepat, maka penghamburan dana untuk sumber daya yang tidak diperlukan dapat diminimalkan.
8. Menyelenggarakan training bagi calon pengguna sistem Hal ini merupakan kegiatan yang cukup penting, karena pada akhirnya penggunalah yang akan memanfaatkan fitur-fitur yang ada pada sistem yang diterapkan. Untuk sebuah perguruan tinggi, perlu diadakan training atau semacam e-tutorial bagi dosen yang masih membutuhkan adaptasi atas diterapkannya sistem berbasis teknologi informasi dalam metode pembelajaran selanjutnya. Selain itu, tidak menutup kemungkinan, masih terdapat mahasiswa yang memerlukan panduan-panduan khusus. Training ini dapat juga diganti dengan pemberian modul-modul guideline versi hardcopy maupun softcopy yang dapat dipelajari sendiri oleh calon pengguna.
Nantinya, diharapkan penerapan teknologi informasi di lingkungan perguruan tinggi akan dapat memaksimalkan potensi dosen maupun mahasiswa, sehingga tujuan utama usaha ini yaitu meningkatkan mutu lulusan perguruan tinggi, agar selain dapat menyerap ilmu sebanyak-banyaknya dan mengikuti laju perkembangan ilmu pengetahuan, bahkan sebagai salah satu kontributor penemuan baru dan penelitian dalam dunia IPTEK, semakin meningkat. Sehingga, mutu lulusan perguruan tinggi di Indonesia dapat bersaing dengan lulusan perguruan tinggi-perguruan tinggi di dunia, bukan hanya dalam hal ilmu pengetahuan sesuai core competencenya, namun juga dalam dunia pembelajaran berbasis teknologi informasi.

Kendala Yang Di Hadapi dalam Teknologi Informasi di Indonesia

Studi tentang Kendala Teknologi Informasi di Indonesia

Penerapan Teknologi Informasi pada era globalisasi informasi saat ini menjadi sangat
penting. apalagi di negara kita yang sedang berkembang, sangat membutuhkan berbagai
informasi beserta teknologi-nya yang dapat diterapkan untuk kemajuan bangsa ini. Tapi
untuk melaksanakan tugas tersebut, masih banyak kendala yang harus dihadapi, baik dari
segi budaya, kondisi negara dan Sumber Daya Manusianya. Dalam tulisan ini penulis
mencoba memaparkan suatu permasalahan yang terjadi dalam penerapan teknologi
Informasi khususnya dinegara kita Indonesia. Disini akan dibahas kendala-kendala apa
saja yang ada dalam upaya penerapan suatu teknologi Informasi, umumnya dalam
masyarakat kita dan khususnya dalam suatu Organisasi, dalam hal ini suatu perusahaan.

Perkembangan teknologi yang semakin cepat telah membawa dunia memasuki era
baru khususnya dibidang informasi, Perkembangan Teknologi Informasi telah merambah
keberbagai penjuru dunia dan bahkan lebih cepat dari yang pernah dibayangkan
sebelumnya. Tidak terkecuali di Indonesia Perkembangan Teknologi Informasi menjadi
pembicaraan utama dan menjadi hal yang utama dalam setiap media massa dan media
elektronik.Seiring dengan pesatnya perkembangan Teknologi Informasi yang terjadi
sekarang ini khususnya di negara kita Indonesia Teknologi tidak lagi menjadi barang
yang aneh, bahkan sangat diperlukan untuk mendukung kinerja dari suatu organisasi,
misalkan dalam suatu perusahaan. Untuk saat ini tanpa dukungan teknologi informasi
sebuah perusahaan mungkin sangat mustahil untuk dapat berkembang. Namun demikian
penerapan Teknologi Informasi dalam suatu organisasi tidaklah gampang seperti
membalikkan telapak tangan. Banyak sekali kendala-kendala yang perlu diperhatikan
dalam penerapan teknologi informasi, seperti masalah biaya, Sumber Daya Manusia(SDM) dan banyak faktor lainnya.

Kendala Penerapan Teknologi Informasi

Perkembangan dan implementasi teknologi informasi pada organisasi, baik
organisasi profit maupun non profit, adalah sebuah fenomena yang sangat mempengaruhi
kinerja sebuah organisasi, namun dalam penerapan teknologi informasi, banyak
organisasi yang tidak mempertimbangkan faktor-faktor yang mempengaruhi keberadaan
teknologi informasi dalam sebuah organisasi, secara general faktor penting yang
mempengaruhi implementasi teknologi informasi secara optimal adalah : Infrastruktur
dan Sumber Daya Manusia. Sejauh mana kesiapan dua faktor ini akan mempengaruhi
optimalisasi penggunaan dan kontraprestasi teknologi informasi dalam organisasi.
Pada sisi lain, perlu kita pahami bahwa keberadaan teknologi informasi untuk
mendukung kinerja perusahaan adalah hal yang sangat urgent. Sehingga sudah
selayaknya setiap pengambil kebijakan (decision maker) untuk mempertimbangkan
penerapan teknologi informasi dan peningkatan sumber daya manusia yang terlibat dalam
sebuah organisasi. Terlebih pada lembaga pemerintahan yang sebagai sebuah lembaga
yang berorientasi pada public services.
Sebuah sumber yaitu Bappenas memaparkan hasil temuannya melalui Survey,
Kunjungan dan Wawancara (disajikan dengan prosentase responden) mengenai
penerapan Teknologi Informasi di pemerintahan. Kendala-kendala yang terjadi adalah:
[1] . kendala penerapan teknologi Informasi dalam mendukung penyelenggaraan
pemerintahan yang baik ("good governance").
Berkaitan dengan peran teknologi informasi dalam mendukung penyelenggaraan
pemerintahan yang baik (good governance), sebagian besar departemen/institusi
tampaknya akan memerlukan waktu untuk mempersiapkan diri. Hal ini dapat dilihat
dari tingkat pemanfaatan teknologi informasi di sebagian besar departemen/institusi
seperti pada kasus-kasus berikut:
• Dalam konteks penyelenggaraan pemerintahan yang lebih baik, teknologi
informasi masih dianggap sebagai alat "pengotomasi proses", yang diharapkan
dapat mengurangi proses yang dilakukan secara manual (74%) dibanding sebagai
alat yang dapat mengurangi birokrasi.
• Dalam konteks partisipasi semua pihak untuk penyusunan kebijakan, teknologi
informasi masih dianggap sebagai alat yang mempermudah pengumpulan
informasi ( 79,1%) dibanding sebagai alat yang dapat membuka komunikasi
dengan pihak luar seperti publik atau instansi lain (52,2%).
• Dalam konteks keterbukaan (transparansi) internal, teknologi informasi masih
dianggap sebagai sarana penyedia akses (55,2%) dibanding sebagai sarana
penyediaan informasi yang lebih spesifik seperti latar-belakang suatu kebijakan
misalnya.
• Dalam konteks pelaksanaan suatu kebijakan, teknologi informasi masih dilihat
sebagai sarana untuk mempercepat pelaporan (83,6%) dibanding sebagai sarana
untuk membantu proses monitoring (55,2%).
• Dalam konteks peningkatan kualitas suatu kebijakan, teknologi informasi masih
dilihat sebagai sarana untuk memperluas sumber informasi dan data (79,1%)
dibanding sarana yang dapat menciptakan keterbukaan dalam proses pengambilan
keputusan

[2] . Kendala dalam dukungan teknologi informasi untuk pelayanan publik.
1. Saat ini informasi yang dapat diakses oleh publik masih amat terbatas sifatnya,
berupa informasi umum mengenai departemen/institusi (67,2%) dan belum
berupa informasi yang berkaitan dengan sistem prosedur atau tata cara yang
berhubungan dengan pelayanan publik (37,3%). Salah satu yang menyebabkan
keterbatasan ini adalah tidak adanya acuan atau panduan di tingkat nasional,
seperti yang diharapkan oleh sebagian besar departemen/institusi tersebut (68,7%)

[3] . Kendala Infrastruktur teknologi informasi
1. Kondisi perangkat keras sebagian besar departemen/institusi pemerintah
umumnya terdiri dari PC (92,5%) yang tampaknya telah terhubung dalam suatu
jaringan lokal (91%). Sebagian besar dari institusi ini telah memiliki hubungan ke
Internet melalui ISP (85,1%). Namun demikian, interkoneksi ke Internet ini masih
sederhana konfigurasinya; hal ini terlihat dari kecilnya jumlah institusi yang
menggunakan perangkat Network Security (46,3%) atau Network Management
(35,8%).
2. Dari sisi perangkat lunak, sebagian besar departemen/institusi pemerintah
menggunakan aplikasi office automation, seperti word processing, dll. (80,6%),
database management systems (73,1%), dan aplikasi-aplikasi Intranet, seperti
Web Publishing (73,1%). Walaupun sebagian besar institusi telah menggunakan
komputer untuk fungsi-fungsi yang umum ini, namun demikin masih ada institusi
yang sama sekali belum memanfaatkannya.
3. Dari sisi pengembangan infrastruktur teknologi informasi, departemen/institusi
pemerintah masih banyak yang mendapatkan bantuan pihak luar dalam bentuk
konsultasi pengembangan (68,7%); hal ini mungkin mengindikasikan masih
belum memadainya kemampuan internal dalam merencanakan pengembangan
4. Dalam hal pengelolaan infrastruktur tersebut, mereka cukup banyak yang bekerja
sama dengan organisasi pusatnya (79,1%); tampaknya pola "sentralisasi" masih
cukup kuat disini. Suatu bentuk penggunaan informasi secara bersama-sama telah
mulai dilakukan, hal ini tampak dari jawaban cukup banyak departemen/institusi
(55,2%). Namun demikian, kerja sama ini sebagian besar menghadapi kendala
dalam bentuk integrasi data (53,7%) dan integrasi aplikasi (53,7%). Salah satu
penyebabnya kemungkinan adalah belum diterapkannya standarisasi (56,7%).
5. Dari sisi kebutuhan infrastruktur teknologi informasi untuk jangka pendek,
sebagian besar departemen/institusi merasakan kebutuhan akan aplikasi dan basis
data sebagai kebutuhan utama (55,2%), diikuti oleh perangkat telekomunikasi dan
akses jaringan komputer global/nasional serta integrasi dengan organisasi lain
yang terkait (43,3%). Sedangkan dari sisi proses/prosedurnya, yang perlu
mendapatkan perhatian adalah panduan manajemen dan operasi (61,2%).

[4] . Kendala Sumber daya manusia dalam bidang teknologi informasi
1. Ketersediaan SDM dalam bidang teknologi informasi tampaknya menjadi kendala
utama yang dihadapi oleh sebagian besar departemen/institusi pemerintah (70%).
Hal ini besar kemungkinannya berkaitan dengan pola pengembangan SDM di
bidang teknologi informasi yang kurang menarik minat orang-orang yang
berkualitas seperti: a) masalah dengan gaji dan fasilitas yang kurang memadai
(55,2%); b) program pengembangan SDM lebih berupa pelatihan internal (89,6%)
atau seminar/workshop (67,2%) dibanding memberikan bea siswa misalnya; c)
cakupan pekerjaan yang sebagian besar berada pada level "operator" dalam
bentuk pemeliharaan data dan aplikasi (82,1%) atau pelatihan pada pemakai
(79,1%), walaupun ada juga yang sampai pada level "analis" seperti perancangan
aplikasi (68,7%); d) tidak adanya perlakuan khusus (47,8%) baik dalam bentuk
insentif maupun jenjang karir.
2. Sebagian besar departemen/institusi mengharapkan adanya kebijakan yang
mengatur struktur dan jenjang karir SDM di bidang teknologi informasi (84,1%)
dan juga kebijakan untuk pendidikan teknologi informasi berupa sertifikasi dan
akreditasi (59,4%) dalam kebijakan nasional dalam bidang teknologi informasi
Menurut Budi Raharjo (PPAU Mikroelektronika ITB) dalam tulisannya Peningkatan
Literasi Komputer dan Pemanfaatan Telematika di Lingkungan Pemerintah Daerah
mengungkapkan :
Masih banyak kendala yang dihadapi dalam rangka mengimplementasikan atau
mengaplikasikan Teknologi Informasi pada Pemerintahan Daerah. Salah satu kendala
utama yang ada di Indonesia adalah adanya keterbukaan atau transparansi. Tanpa adanya
komitmen dari Pemerintah, maka penggunaan Teknologi Informasi akan menjadi sia-sia.
Kendala lain yang dihadapi oleh Pemerintah Daerah adalah kurangnya sumber daya
manusia (SDM) setempat yang dapat mendukung kegiatan bisnis, ekonomi, dan
Pemerintahan Daerah. Masalah ini menjadi sensitif jika dikaitkan dengan masalah seputar
prioritas terhadap “putra daerah”. Penerapan Teknologi Informasi dapat membantu
Pemerintah Daerah untuk meningkatkan kemampuan putra daerah dengan kemudahan
mendapatkan informasi dari mana saja di seluruh dunia. Sebagian bantuan dan konsultasi
dapat dilakukan melalui Internet tanpa perlu mendatangkan konsultan asing. Jika dilihat
dari sudut pandang ini, maka penerapan Teknologi Informasi secara politis menjadi
sangat penting.

Kendala dan langkah-langkah Implementasi Teknologi Informasi
Implementasi Teknologi Informasi bukan sekedar masalah kecanggihan teknologi
atau kemampuan mengalokasikan dana besar, melainkan lebih kepada bagaimana
menyiapkan nonteknis dan non keuangan. Teknologi Informasi memang memerlukan
dana yang tidak sedikit, belum lagi ada kekhawatiran adanya kegagalan-kegagalan yang
ditemui dalam membangun Teknologi Informasi yang ujung-ujungnya malah
menghabiskan dana dengan percuma, perencanaan yang matang dengan bantuan para
(1) Bahan diskusi Dialog Kebijakan Teknologi di BPPT, 23 Oktober 2001.
konsultan memang sangat diperlukan untuk memprediksi dan menerapkan teknologi dan
sistem apa yang cocok pada perusahaan.
Banyak perusahaan-perusahaan membangun Teknologi Informasinya hanya untuk
mengikuti tren tanpa maksud dan tujuan yang jelas, akibatnya banyak kerugian dan
kegagalan-kegagalan yang ditemukan. Perencanaan yang matang dengan teknologi
mutakhir akan mampu memberikan image dan kepercayaan pada sebuah perusahaan.
Namun hal tersebut tentunya tidak semudah apa yang di perkirakan. Teknologi yang
canggih dan dana yang kuat tidak akan mampu memajukan perusahaan tanpa didikung
oleh Sumber Daya Manusia (SDM) yang andal. Tentunya perkembangan dan kemajuan
Teknologi Informasi di Indonesia perlu juga diiringi oleh perkembangan Sumber Daya
Manusia-nya pula.
Agar implementasi Teknologi Informasi dapat berjalan dengan baik, maka perlu
dipersiapkan pondasi nonteknis khususnya yang berkaitan dengan Sumber Daya
Manusia(SDM) dan budaya perusahaan.Yang juga harus disadari, membiasakan diri
menggunakan Teknologi Informasi membutuhkan waktu yang tak cukup semalam, maka
jangan berharap bahwa implementasi Teknologi Informasi dapat menjadi mantra yang
mampu menciptakan berbagai benefit dalam sekejap mata. Namun sekali berhasil,
implementasi Teknologi Informasibukan saja mampu memberikan layanan yang baik,
tetapi juga akan menjadi itik bertelur emas yang terus menerus menghasilkan
keuntungannya :
[1] . secara general faktor penting yang mempengaruhi implementasi teknologi
informasi secara optimal adalah : budaya, kondisi negara, Infrastruktur dan Sumber
Daya Manusia
[2] . Ketersediaan SDM dalam bidang teknologi informasi tampaknya menjadi kendala
utama yang dihadapi oleh sebagian besar departemen/institusi pemerintah
[3] . Masih banyak kendala yang dihadapi dalam rangka mengimplementasikan atau
mengaplikasikan Teknologi Informasi pada Pemerintahan Daerah. Salah satu
kendala utama yang ada di Indonesia adalah adanya keterbukaan atau transparansi
[4] . Implementasi Teknologi Informasi bukan sekedar masalah kecanggihan teknologi
atau kemampuan mengalokasikan dana besar, melainkan lebih kepada bagaimana
menyiapkan nonteknis dan non keuangan
[5] . Kendala penerapan Teknologi Informasi di Indonesia
a. Tidak siap-nya Sumber Daya Manusia di Indonesia untuk mengantisipasi
perkembangan Teknologi Informasi
b. Budaya Organisasi dan Budaya Kerja

SOLUSI UNTUK MENGATASI MASALAH DALAM TEKNOLOGI SISTEM INFORMASI

Untuk mengatasi kendala-kendala tersebut diperlukan langkah-langkah penyelesaian yang sekaligus berfungsi sebagai prasyarat keberhasilan penerapan implementasi informasi dalam pembelajaran. Menurut Mahmud (2008:13) dalam bukunya yang berjudul ICT Untuk Sekolah Unggul, terdapat beberapa persyaratan agar dapat menerapkan pembelajaran berbasis teknologi informasi dan komunikasi, yaitu tersedianya sarana prasarana yang menunjang pembelajaran berbasis teknologi informasi. Lebih lanjut dijelaskan beberapa persyaratan yang harus dipenuhi dalam menerapkan pembelajaran berbasis Teknologi informasi adalah:
1. Pembelajar dan Pengajar harus memiliki akses terhadap teknologi digital dan Internet dalam kelas, sekolah, dan lembaga pendidikan. Ini berarti sekolah harus memiliki sarana prasarana yang memadai yang berkaitan dengan teknologi informasi dan komunikasi, seperti tersedianya komputer/laptop, jaringan komputer, internet, laboratorium komputer, peralatan multimedia seperti CD, DVD, Web Camera dan lain-lain.
2. Harus tersedia materi yang berkualitas, bermakna, dan dukungan kultural bagi pembelajar dan pengajar. Materi-materi itu dapat berupa materi pembelajaran interaktif yang berbantuan komputer, seperti CD, DVD Pembelajaran Interaktif.
3. Pengajar harus memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam menggunakan alat-alat dan sumber-sumber digital untuk membantu pembelajar agar mencapai standar akademik.
4. Harus tersedia anggaran atau dana yang cukup untuk untuk mengadakan, mengembangkan dan merawat sarana prasarana Teknologi Informasi dan Komunikasi tersebut.
5. Dan yang tak kalah penting adalah, adanya kemauan dari semua pihak, dalam hal ini guru dan peserta didik untuk menerapkan pembelajaran dengan dukungan teknologi komunikasi dan informasi tersebut.

6. Melakukan analisis yang matang tentang kebutuhan penerapan teknologi informasi. Analisis yang detail dan menyeluruh sangat diperlukan sebelum melakukan langkah lebih jauh dalam penerapan teknologi informasi pada institusi tertentu. Setiap fitur yang dibutuhkan perlu didata secara teliti, jika perlu analisis dilakukan oleh wakil pihak institusi didampingi pakar teknologi informasi agar dapat mendata semua kebutuhan dan alternatif solusi yang sesuai. Sebab, fitur-fitur teknologi informasi yang akan diterapkan sangat bergantung pada kebutuhan dan dana yang tersedia, agar pemborosan dapat dihindari sebisa mungkin.
7. Memilih konsultan teknologi informasi yang terpercaya. Konsultan teknologi informasi akan merancang dan mengimplementasikan sistem ataupun infrastruktur sesuai keinginan peminta. Dengan memilih konsultan teknologi informasi yang tepat, maka penghamburan dana untuk sumber daya yang tidak diperlukan dapat diminimalkan.
8. Menyelenggarakan training bagi calon pengguna sistem Hal ini merupakan kegiatan yang cukup penting, karena pada akhirnya penggunalah yang akan memanfaatkan fitur-fitur yang ada pada sistem yang diterapkan. Untuk sebuah perguruan tinggi, perlu diadakan training atau semacam e-tutorial bagi dosen yang masih membutuhkan adaptasi atas diterapkannya sistem berbasis teknologi informasi dalam metode pembelajaran selanjutnya. Selain itu, tidak menutup kemungkinan, masih terdapat mahasiswa yang memerlukan panduan-panduan khusus. Training ini dapat juga diganti dengan pemberian modul-modul guideline versi hardcopy maupun softcopy yang dapat dipelajari sendiri oleh calon pengguna.
Nantinya, diharapkan penerapan teknologi informasi di lingkungan perguruan tinggi akan dapat memaksimalkan potensi dosen maupun mahasiswa, sehingga tujuan utama usaha ini yaitu meningkatkan mutu lulusan perguruan tinggi, agar selain dapat menyerap ilmu sebanyak-banyaknya dan mengikuti laju perkembangan ilmu pengetahuan, bahkan sebagai salah satu kontributor penemuan baru dan penelitian dalam dunia IPTEK, semakin meningkat. Sehingga, mutu lulusan perguruan tinggi di Indonesia dapat bersaing dengan lulusan perguruan tinggi-perguruan tinggi di dunia, bukan hanya dalam hal ilmu pengetahuan sesuai core competencenya, namun juga dalam dunia pembelajaran berbasis teknologi informasi.